diposkan pada : 14-02-2020 17:21:46 Covid-19 Mencengkeram Dunia, Hanya... Selain Indonesia

Begitulah mungkin yang sedang berkecamuk dalam jiwa saya, antara rasa penasaran, kekhawatiran dan kepasrahan. Yup! mirip nano nano, rame rasanya! Rumor yang beredar sudah ada seorang yang positif suspect corona di sebuah rumah sakit Sidoarjo, seorang TKW sepulang dari Hongkong. Karena informasi ini saya dapatkan dari beberapa narasumber yang berbeda, lalu saya coba krosscek lewat mbah google, yeah! ternyata tidak terbukti, negatif! hoaks ternyata.

Begitu pula informasi satu keluarga WNI  di kepri, batam yang baru pulang dari Singapura yang dikira suspect corona, lagi lagi terbantahkan.               Semenjak wabah virus corona menyebar, hingga melewati batas kota bahkan lintas negara, sampai tulisan ini hadir belum ada sama sekali warga Indonesia yang terdeteksi suspect positif virus corona jenis baru tersebut.

Saya sebagai bangsa Indonesia bolehlah sedikit bersyukur dengan fenomena aneh ini, bagaimana tidak? Mengingat hubungan Indonesia dengan China yang cukup mesra sebelumnya,  tentu saja potensi penularan tak bisa dinafikan, dengan kerja sama dalam bidang ekonomi dan pariwisata khususnya, bukan tidak mungkin akses warga china ke Indonesia sangat terbuka lebar bukan?


Hal sederhana namun sensitif semisal masuknya sekian banyak TKA China maupun wisatawan China yang sempat mengalami penolakan warga Sumatera barat bukankah merupakan peluang masuknya virus ganas tersebut?


Atau, masih tetapnya Indonesia impor produk bawang putih karena permintaan pasar yang masih tinggi di Indonesia.

Demikian pula informasi pada akhir bulan Januari terdapat 18 kasus pasien yang mendarat di Bali, beberapa orang WNA dari Tiongkok, Amerika dan Australia yang pada akhirnya Kepala Dinas Kesehatan Bali dr. Ketut Suarjaya menyatakan ke 18 kasus tersebut tidak ada yang suspect positif corona.

Terdapat empat Pemda yang memulangkan putera daerahnya yang berstatus mahasiswa di negeri Tirai Bambu, tanpa melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat.

Hal ini dikhawatirkan jika tanpa melalui prosedur yang berlaku seperti pemberlakuan karantina selama dua minggu, tak akan diketahui apakah mahasiswa tersebut terindikasi suspect positif  virus corona atau bukan. Namun pemerintah daerah setempat bisa menjamin kalau warganya tidak terpapar virus mematikan tersebut.

Lagi-lagi saya harus bersyukur, abaikan beberapa stigma negatif yang muncul pada negeri ini.

Pertama ada anggapan bahwa negara sengaja menyembunyikan kasus ini, untuk menghindari kepanikan warga.
It's ok, seandainya aggapan ini benar saya rasa pemerintah sudah melakukan hal yang semestinya, karena hal ini mampu meredam gejolak kepanikan, bisa dibayangkan effeknya bukan?

Histeris dimana mana, alih alih fokus pada persoalan dan menyelesaikan masalah. kadangkala reflek otomatis otak manusia yang suka mendramatisasi keadaan makin memperparah keadaan.

Toh, kita sebagai bangsa Indonesia yang berfalsafah pancasila ber-Ketuhanan yang Maha Esa, cukup paham dengan hal ini, bahwa apapun yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari taqdir. Kalau Tuhan belum berkehendak maka ya ngga akan terjadi wabah tersebut di Indonesia. Yang pasti dengan adanya kejadian ini semakin meningkatkan intensitas berdo'a dan saling menguatkan sesama.

Kedua, anggapan sinis dari sebuah riset Harvard University yang menulis bahwa kemungkinan virus corona sudah masuk ke Indonesia, tentu saja hal ini membuat Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menantang Perguruan tinggi tersebut untuk membuktikannya.

Selain itu,  Badan kesehatan Dunia (WHO) juga mengkhawatirkan keadan Indonesia tak bisa mendeteksi virus corona karena belum memiliki peralatan memadai telah dimentahkan dengan klaim Kepala Balitbangkes Kementrian Kesehatan, Siswanto bahwa Indonesia telah memiliki alat untuk mendeteksi virus corona yang memiliki nama baru resmi  Covid-19 tersebut dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Pada akhirnya, sebagai warga negara seyogyanya tetap mengedepankan kewaspadaan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, gunakan masker di tempat umum yang berpotensi penyebaran penyakit, tingkatkan sistem imunitas diri dengan asupan makanan bernutrisi dengan perbanyak buah dan sayuran atau konsumsi beberapa produk herba semisal habbassauda, zaitun, madu,  ekstra food, spirulina, sambiloto atau beberapa tanaman herba yang tumbuh di nusantara.

Advertisment
Tetaplah berpikir positif dan berkeyakinan badai pasti akan berlalu, banyak ahli memperkirakan ketika musim panas di Negeri Tirai bambu tiba, sekitar bulan Mei seperti virus SARS yang mewabah sebelumnya.

Covid-19 tak akan bertahan hidup lama karena pengaruh sinar matahari  mampu menonaktifkan virus tersebut.

Demikian pula yang terjadi di Indonesia, mengapa Covid-19 enggan singgah di nusantara?

Rupanya, iklim tropis yang suhunya sekitar 35-37 derajat Celsius dianggap mampu menonaktifkan dan menghilangkan virus Covid-19 tersebut.
Semoga Tuhan melindungi kita semua.

Malang, 12 Februari 2020